Search by name of artist, exhibition, or category.
PAST EXHIBITION

Theatre and The Other Self

Teater dan Diri yang Lain melihat teater sebagai sebuah metafora dari panggung kehidupan yang lebih luas. Bukan sekadar tempat untuk pertunjukan, tetapi ruang di mana sejarah, identitas, dan peran kita berbaur dalam jaringan yang saling terkait di tingkat global. Di dalam ruang ini, identitas kita dinegosiasikan, dibentuk, dan dipertanyakan. Melalui karya dua seniman, Mujahidin Nurrahman dan Nesar Eesar, pameran ini menyelami mekanisme dari pencarian diri—dua individu yang berada di tengah-tengah medan ideologis masyarakat yang selalu berubah. Bagi Nurrahman dan Eesar, dengan latar budaya dan sejarah yang berbeda, konsep diri sering kali diwarnai oleh bayangan narasi luar. Mereka ditempatkan dalam ruang 'keberbedaan' yang diwariskan dari pandangan luar yang memosisikan Timur sebagai sesuatu 'yang lain'. Bagi keduanya, keberbedaan ini bukanlah sesuatu yang hanya perlu diterima, tetapi sesuatu yang harus dijadikan medan untuk menuntut kembali jati diri. Dalam karya-karya mereka, keberbedaan ini menjadi bagian dari proses membangun ulang identitas mereka di tengah citra-citra lama tentang Timur yang masih kuat dalam masyarakat masa kini. Gagasan tentang diri yang lain menunjukkan adanya dualitas antara diri yang dipahami secara pribadi dan diri yang ditentukan oleh pandangan sosial. Di sini, konsep 'yang lain' tidak lagi hanya sekadar batas untuk dikenali, melainkan ruang yang mereka kelola ulang dengan kesadaran penuh. Karya-karya mereka di Teater dan Diri yang Lain menunjukkan bahwa ruang 'yang lain' ini, meski rumit dan sering menimbulkan ketegangan, merupakan elemen penting dalam pembentukan identitas yang berakar dalam sejarah panjang pertemuan antar budaya. Praktik kreatif Nurrahman dan Eesar melampaui cerita pribadi mereka, menyentuh tema-tema tentang kepercayaan, tempat tinggal, serta hubungan antara identitas publik dan privat. Keduanya menunjukkan bahwa sejarah masa lalu terus bergaung dalam kehidupan kita saat ini, memengaruhi cara kita memahami diri dan dunia sekitar. Mereka menyentuh bagaimana konsep-konsep tentang diri selalu dipengaruhi oleh interaksi yang membentuk pandangan dan pemahaman kita terhadap identitas sendiri dan orang lain. Pada saat masyarakat menghadapi diskusi baru tentang representasi dan inklusi, Teater dan Diri yang Lain mengajak kita untuk berpikir ulang tentang persepsi kita terhadap keberbedaan. Pameran ini tidak hanya menampilkan karya seni, tetapi juga menunjukkan batasan persepsi kita, memancing kita untuk menyelidiki lebih dalam bagaimana identitas dipahami dan dimainkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia yang semakin kabur batasnya antara diri dan 'yang lain', pameran ini menolak penyederhanaan atau solusi instan. Di sini, identitas tidak dilihat sebagai sesuatu yang tetap, melainkan sebagai proses negosiasi yang terus berlanjut—proses yang muncul dari hubungan kita dengan masyarakat yang lebih luas, dan terus berkembang dalam panggung besar kehidupan.