Search by name of artist, exhibition, or category.
PAST EXHIBITION

Potret Diri Sebagai Kaum Munafik

Pameran ini merayakan 60 tahun Tisna Sanjaya. Pusat perhatian Tisna pada pameran ini adalah praktik-praktik keberagamaan yang disaksikannya akhir-akhir ini. Karya-karyanya yang terbaru berupa seri etsa merepresentasikan kekhusukan Tisna atas ungkapan “Nama-Nama Allah Yang Indah” (Asmaul Husna) yang berjumlah 99. Kehadiran manusia sebagai hamba Allah (abdillah) adalah momen kesadaran utama yang terus-menerus coba dihidupkan Tisna dalam pameran ini. Karya-karya patung, objek dan instalasinya terkait dengan pertanyaannya atas pelibatan agama dalam politik atau penggunaan agama untuk meraih tujuan-tujuan kekuasaan. Karya-karya grafisnya terbaru mengingatkan kita pada keriuhan suasana “jeprut permanen” dengan pelbagai wujud sosok, wajah, pepatah-petitih dan corat-coret khas Tisna. Bentuk kepala manusia Jalan Pikiran Kita Mati sebagai lingkaran kosong atau siluet gelap sudah muncul pada 1990an, diinspirasikan oleh sebuah tulisan di majalah Der Spiegel, Unsere Gedanken Sind Tot (Jalan Pikiran Kita Sudah Mati). Tisna menyasar tentang kebebasan dan kekritisan berpikir yang dihinakan oleh rezim kekuasaan dalam berbagai bentuknya. Potret Diri sebagai Kaum Munafik adalah judul karyanya yang dibuat tahun lalu. Ia melakukan performans dengan 33 lembar sajadah pada pembukaan Museum MACAN di Jakarta. Bagi Tisna selembar kain sajadah adalah “ruang”, sejajar dengan peristiwa ketika ia menyusuri ruang-ruang gelap pada pelat-pelat etsanya. Gerakan sujud di atas lembaran sajadah maupun plat etsa bagi Tisna memiliki makna religius (sebagai doa) sekaligus estetik (sebagai seni). Sujud bagi Tisna adalah gestur dan bentuk performans untuk merendahkan diri kepada yang paling dasar, mengakui diri yang kecil di hadapan Allah Mahabesar.