Search by name of artist, exhibition, or category.
PAST EXHIBITION

Painting Matters - Group Exhibition by AbstraX

Keberadaan kelompok pelukis, seperti AbstraX—semuanya lulusan seni lukis ITB—tentu tidak dapat dilepaskan dari paradigma seni lukis dalam konteks seni rupa kontemporer Indonesia. Pameran ini menunjukkan perkembangan paling akhir lukisan-lukisan mereka. Pertanyaan mengenai relevansi dan pentingnya seni lukis, di era digital, menjadi bagian penting dan tantangan dalam perjalanan karir mereka. Pertanyaan ini bukan hal yang mudah dijawab. Seni lukis kontemporer sangat berkembang, beragam dan factional. Tidak ada kepastian ontologi seni lukis dalam seni rupa kontemporer. Saat ini, lukisan sebagai “citraan” mendapatkan saingan dan gempuran dari citraan digital yang massive dan instan. Lukisan sebagai metode yang lambat, membutuhkan keterampilan dan singular merupakan anti-tesis dari citraan digital. Para pelukis ini mencoba menguji ulang relevansi seni lukis (mengapa dan bagaimana lukisan itu penting) melalui modal pengetahuan mereka, yaitu formalisme, reductionism, genre, konten dan teknik. Beberapa hal tersebut yang mengikat mereka, namun motif personal dalam menyusun gagasan juga menjadi bagian penting. Karena itu, lukisan-lukisan yang mereka tampilkan juga saling berbeda. Lukisan-lukisan Guntur Timur menunjukkan gambaran lingkungan/alam dengan teknik realis, hitam-putih. Berangkat dari acuan foto, dia menghilangkan beberapa bagian, sebagai reduksi untuk kepentingan formal. Dia memberikan lapisan akhir permukaan kanvasnya dengan teknik scumbling agar “materialitas” lukisannya makin menonjol. Willy Himawan tampil dengan lukisan yang mencampurkan objek patung yang tampak pejal (ilusif), bentangan sapuan cat yang tampak flat, dan penari Bali yang berada antara yang ilusif dan flat. Harry Cahaya, menampilkan bentang alam tampak dari atas. Topografi alam tampak menjadi flat dalam lukisannya. Agung Fitriana, juga menampilkan alam, namun abstraksi yang saksama menyebabkan suasana alam menjadi lamat-lamat, kontras dengan pendaran cahaya yang juga menjadi bagian dari lukisannya. Lukisan-lukisan Reggie Aquara merupakan abstraksi alam (pohon dan rerimbunan) dengan metode pixel manual berupa bintik cat yang tebal dan runcing, menekankan “materialitas” lukisannya. Terakhir, lukisan Dadan Setiawan sepenuhnya abstrak, menampilkan koreografi gestural sapuan cat, tampak menonjol, bahkan melayang, kontras dengan latar belakangnya yang bernuansa halus. Kecuali Dadan, pelukis lain dalam pameran ini mempergunakan teknologi digital (foto dan aplikasi) dalam mempersiapkan karyanya, namun juga menampilkan perbedaan sekaligus subversi pada citraan digital. Hal itu tampak dari aspek visual, materialitas dan fisikalitas lukisan-lukisan mereka, yang menawarkan pengalaman perseptual dan estetik yang khas seni lukis.