Ambiguous Journey: Poetic Limbo
Lukisan-lukisan Nesar Eesar (kanvas dan kertas) dan cetak grafis terlihat “asing.” Tampak karakter visual tradisi, dari negeri yang jauh, bernuansa Islam. Karya-karya Nesar—seniman asal Afghanistan yang tinggal di Indonesia—memang mengadopsi gaya lukisan miniatur langgam Herat yang berkembang sejak abad ke-15 di Herat, Afghanistan, pada masa kekuasaan Timur Lenk (Timurid). Pada masa lalu lukisan miniatur merupakan ilustrasi dari manuskrip puisi, yang umumnya merupakan puji-pujian terhadap para Sultan yang berkuasa. Sesuai sebutannya, lukisan miniatur berukuran kecil. Lukisan-lukisan Nesar bukan lukisan miniatur sebenarnya, karena berukuran besar dan bukan bagian dari manuskrip. Namun, Nesar menerapkan penggayaan visual lukisan miniatur gaya Herat, dari situ muncul kekuatan puitis karya-karyanya. Kendati bukan bagian dari manuskrip, karya-karya Nesar adalah “ilustrasi simbolik” dari kegetiran para pengungsi dan migran dari Afghanistan. Lebih dari 40 tahun perang dan konflik melanda Afghanistan—perang menghadapi invasi negara asing, perang saudara, teror dan kekerasan. Selama itu lebih dari 8 juta penduduk Afghanistan meninggalkan negerinya, berharap dapat diterima di negeri lain yang damai dan dapat hidup sebagai manusia yang bermartabat. Sayangnya, sebagian besar pengungsi Afghanistan tetap tinggal di kamp pengungsian atau menjadi migran dengan hak-hak yang dibatasi. Perjalanan orang-orang Afghanistan meninggalkan negerinya, adalah perjalanan ambigu, berbeda antara harapan dan kenyataan. Para pengungsi berada dalam situasi limbo, tidak ada kepastian, dalam penantian tidak berujung. Penerapan gaya lukisan miniatur Herat, dengan ikon-ikon yang menyimbolkan kondisi pengungsi—dan situasi Afghanistan—menempatkan karya-karya Nesar dalam bingkai pos-tradisi. Dengan mengadopsi lukisan miniatur—yang telah susut sejak abad 18—, karya-karya Nesar merefleksikan kerinduan pada masa-masa kesenian dilindungi dan dipatronasi oleh para Sultan. Gagasan pos-tradisi ditunjukkan melalui penerapan tradisi lukisan miniatur Herat namun dengan narasi persoalan masa kini. Dengan pendekatan pos-tradisi karya-karya Nesar terbebas dari kooptasi wacana estetik—yang mendasari seni rupa Barat sejak abad ke-19—yang sibuk dengan teori seni rupa. Karya-karya Nesar menampilkan poetic, yaitu keindahan yang imajinatif, enigmatis, mistis dan spiritual. Keindahan yang juga dapat menampung “kegetiran,” sebagai refleksi kritis, sekaligus harapan. Karya-karya Nesar, menunjukkan bahwa sumber-sumber seni rupa tradisi dapat menjadi alternatif dari kebuntuan gagasan seni rupa kontemporer model Barat.